Semarangkita.id – Replikasi keberhasilan Desa Wisata Kandri menjadi inspirasi bagi Pemerintah Kota Semarang untuk meluncurkan program inovatif bertajuk “10 Kandri Baru.” Program ini bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar). Program ini dirancang untuk membina dan memberdayakan desa-desa wisata baru agar mampu mencapai level keberhasilan yang sama dengan Desa Wisata Kandri.
Sebelumnya, Desa Wisata Kandri telah membuktikan diri sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Kota Semarang. Dengan inovasi dalam menciptakan paket wisata dan mengemas event berbasis kearifan lokal, Kandri berhasil memberikan dampak positif bagi perekonomian, pelestarian lingkungan, dan pengembangan sosial budaya masyarakat setempat. Melihat potensi besar ini, Pemerintah Kota Semarang ingin memastikan manfaat pariwisata dirasakan secara merata oleh masyarakat di berbagai wilayah.
Pada tahun 2025, program “10 Kandri Baru” akan memfokuskan pendampingan pada lima rintisan desa wisata. Desa yang pertama adalah Desa Wisata Pudak Payung dengan keindahan alam seperti Curug Kedung Kudhu, Air Terjun Kaligarang, serta seni gamelan dan Kolintang. Kedua Desa Wisata Kampung Sawah yang mengemas atraksi edukasi pertanian, pembuatan pupuk organik, dan konservasi burung hantu. Ketiga Desa Wisata Kampung Melayu dengan kekayaan wisata budaya, religi, serta aktivitas urban yang dapat dikembangkan sebagai wisata buatan.
Selanjutnya, Desa Wisata Banget Ayu yang memiliki potensi wisata kuliner mulai dari jajanan pasar hingga makanan khas lokal. Terakhir Desa Wisata Kampung Djadoel yang menghadirkan pengalaman membatik dan pusat belanja batik.
Sebagai informasi, Program ini melibatkan berbagai langkah strategis. Pertama pendampingan pembuatan produk wisata. Kedua penyusunan narasi wisata (story telling).Ketiga pelatihan pemasaran bagi masyarakat lokal, hingga pemberian penghargaan melalui ajang Sibarista Marketers Award.
Untuk mendukung keberhasilan program ini, Disbudpar Kota Semarang menggandeng komunitas Sibarista (Sinau Bareng Pemasaran Pariwisata) sebagai mitra pendamping. Para fasilitator berasal dari desa wisata yang telah sukses, seperti Kandri, Nongkosawit, Jamalsari, dan Wonolopo. Mereka akan membimbing desa-desa wisata baru dalam tata kelola pemasaran hingga produk wisata mereka terjual.
“Untuk mencapai desa wisata yang mumpuni, pengelolaan manajemen, promosi, dan pemasaran harus diterapkan dengan baik oleh pengelola desa wisata,” ujar Kepala Disbudpar Kota Semarang, Wing Wiyarso, pada Kamis (16/1).
Program ini merupakan tindak lanjut dari kesuksesan pendampingan sebelumnya, di mana delapan desa wisata seperti Kampung Pelangi, Wisata Mangrove Tapak, dan Desa Wisata Jatirejo berhasil menciptakan produk unggulan yang diminati pasar. Penjualan dilakukan melalui berbagai cara, termasuk sales mission ke kota-kota besar seperti Malang, Surabaya, dan Bandung, serta Table Top Sibarista.
Dengan program “10 Kandri Baru,” Pemkot Semarang berharap dapat menciptakan destinasi wisata baru yang tidak hanya meningkatkan perekonomian masyarakat lokal, tetapi juga menjaga kearifan lokal dan kelestarian alam.