Semarangkita.id – Arsip-arsip koran kuno memberitakan segala peristiwa yang terjadi di Indonesia sejak zaman Belanda. Pameran koran langka bertajuk “Pers Dalam Lorong Waktu dan Penyelamatan Arsip” digelar selama dua pekan dari tanggal 8 Agustus sampai 22 Agustus 2024. Pameran ini berlangsung di Rumah Pohan, Jalan Kepodang 64, Kawasan Kota Lama Semarang.

Menariknya selain menampilkan koleksi sejumlah koran lama atau yang terbit sejak era Kemerdekaan, pameran juga diselingi beberapa acara menarik. Acara itu antara lain diskusi buku, pelatihan konten kreator dan jurnalistik masa kini, pelatihan pembuatan karya sastra menggunakan AI dan lain sebagainya.

Ketua Pameran Pers Dalam Lorong Waktu dan Penyelamatan Arsip, Johanes Christiono, menyebut diadakan pameran koran kuno supaya generasi muda mengetahui perkembangan dan dinamika perusahaan pers khususnya surat kabar.
Dia melanjutkan segala sejarah yang telah dilalui bangsa Indonesia tak terlepas dari peranan media massa. Perjuangan para wartawan dulu menuliskan berbagai peristiwa juga tidak mudah, apalagi saat hendak mewartakan berita terkait kemerdekaan Indonesia.
“Wartawan dulu berusaha memberitakan proklamasi Indonesia dalam tekanan tentara Jepang. Idealisme dan nasionalisme ini yang harus kita tularkan,” Ujar Yohanes Ketua Pameran Pers Dalam lorong Waktu dan Penyelamatan Arsip.
Johanes menerangkan koran-koran yang dipamerkan mulai dari tahun 1818 sampai momen proklamasi. Adapun koran kuno yang dipamerkan itu tersaji dalam beraneka bahasa seperti Belanda, Melayu, dan Melayu-Tionghoa.
“Ya ada banyak beragam koran seperti De Locomotief, Selompret Melajoe, dan koran-koran terbitan Semarang, Solo, Surabaya, Pasuruan, dan Batavia [sekarang Jakarta],” terangnya.
Sebagai informasi koran langka yang ada di pameran merupkan koleksi pribadi dari seorang kolektor bernama Po Han. Po Han merupakan laki-laki kelahiran 1953 keturunan Tionghoa yang memiliki hobi mengoleksi barang-barang antik, prangko hingga koran langka. Barang-barang antik dan koran langka hingga saat ini tersimpan dengan rapi. Sebagai kolektor buku dan koran-koran lama, Rumah PoHan ingin memberikan kesempatan pada masyarakat untuk menyaksikan koleksinya itu. Maka puluhan koran pun terpajang.
Pameran ini memang sengaja digelar di bulan Agustus, atau bertepatan dengan bulan perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia Hal itu dikarenakan panitia ingin mengedukasi masyarakat perihal peristiwa pada saat kemerdekaan tak banyak perusahaan pers atau koran yang mewartakan momen paling bersejarah buat bangsa Indonesia tersebut.
Mantan wartawan surat kabar terkemuka di Semarang ini mencatat hanya ada empat koran di Indonesia yang mengabarkan perihal proklamasi Indonesia. Sebab pada saat Jepang menduduki Indonesia, peredaran koran atau surat kabar sangat dibatasi.
“Empat koran yang memberitakan kemerdekaan itu Sinar Baru, Kung Pao, Cahaya, dan Bojonegoro Syuu. Zaman Belanda koran juga sudah dibatasi, dan zaman Jepang semakin dibatasi,” tuturnya.
Menurut Johanes tak banyak kota-kota di Indonesia yang menyelenggarakan event pameran koran kuno. Hanya baru ada di empat kota di antaranya Pontianak, Medan, Yogyakarta dan Semarang.
“Koran tua mau dianggap bersejarah atau tidak, tergantung kita melihatnya. Di Kota Semarang punya nilai tambah karena memuat berita proklamasi. Kalau di tempat lain cuma pamer koran tua,” tandasnya.