Semarangkita.id – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang menegaskan prosesi Dugderan 2025 ini akan dipersingkat menjadi satu kegiatan. Hal ini lantaran adanya imbas dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang efisiensi anggaran.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, R Wing Wiyarso mengatakan, salah satu kegiatan yang akan dilakukan efisiensi, yakni arak-arakan para siswa sekolah di Lapangan Simpang Lima.
“Kirab anak-anak akan dilakukan bersamaan dengan puncak kirab budaya prosesi Dugderan di Balai Kota Semarang,” ucapnya saat dikonfirmasi Joglo Jateng, belum lama ini.
Selain itu, kegiatan ini juga mengalami kemunduran tanggal pelaksanaan, yang sebelumnya dilakukan pada tanggal 27 Februari, menjadi tanggal 28 Februari mendatang.
“Nah karena kegiatan Ibu Wali Kota bersamaan dengan kegiatan retret atau pembekalan kepala daerah yang dilakukan setelah pelantikan pada 21-28 Februari 2025,” ungkapnya.
Namun, ada satu hal yang menjadi kendala, lanjut Wing, yaitu durasi prosesi yang makin singkat karena adanya terbatas waktu, berbarengan dengan salat Jumat di tanggal 28 Februari. Lebih lanjut, ia menerangkan, jadwal tersebut merupakan hasil keputusan dari rapat koordinasi dengan pihak terkait, antara lain Masjid Agung Semarang, Masjid Agung Jawa Tengah, dan Pemerintah Provinsi.
Meski begitu, ia menegaskan, prosesi Dugderan tetap akan berjalan sebagaimana mestinya selama ini. Baik ada rangkaian, kirab budaya hingga arak-arakan dari Balai Kota Semarang. Dalam prosesi Dugderan, kata Wing, terdapat akulturasi budaya, adat istiadat, bahasa, etnis, agama yang melebur bersama-sama nyengkuyung menyambut datangnya bulan Ramadan.
Ia menjelaskan, tema prosesi Dugderan tahun ini bertajuk ‘Bhineka Tunggal Budaya dalam Harmoni Dugder 2025’. Hal ini membuktikan bahwasanya Kota Semarang memiliki realitas sebagai kota yang memiliki toleransi, akulturasi budaya yang sangat menghargai sesama. Khususnya dalam menyambut Bulan Suci Ramadan.
“Karena Dugderan ini merupakan tradisi ikoniknya kota Semarang, sekaligus bertepatan dengan pelantikan kepala daerah baru,” jelasnya.
Sebagai informasi, Dugderan merupakan tradisi tahunan yang menceritakan kota Semarang tempo dahulu di era Kanjeng Adipati Purbo Aryo Diningrat. Ia mencanangkan tradisi Dugderan yang merupakan suatu bentuk dari keberagaman budaya yang ada di Semarang