Pecinaan Dijuluki Kawasan Seribu Kelenteng

pecinan semarang

Semarangkita.id – Merayakan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili hampir semua sisi kawasan pecinan Kota Semarang berhias lampion dan pernak pernik lainnya untuk merayakan tahun baru cina tersebut. Kawasan Pecinan termasuk satu dari empat wilayah Semarang Lama. Mulanya para perantau dari etnis Tionghoa datang ke Indonesia termasuk ke Kota Semarang untuk berdagang.

Julukan Kawasan Seribu Kelenteng

Selain dikenal dengan pemukiman lama di Kota Semarang. Tiap penjuru Kawasan Pecinan dikelilingi bangunan rumah ibadah umat konghucu yaitu Kelenteng. Setidaknya terdapat sembilan Kelenteng dengan jumlah dewa yang berbeda-beda.

Menurut Johanes, banyaknya rumah ibadah yang terkonsentrasi di satu wilayah tersebut membuat Pecinan Semarang dijuluki sebagai ‘Seribu Kelenteng’. Keunikan tersebut jarang ditemui di daerah-daerah lainnya.

“Seribu Kelenteng itu mengacu pada jumlah Kelenteng terbanyak di antara Pecinan lainnya di Indonesia. Pecinan di daerah lain itu paling Kelentengnya satu atau dua. Sedangkan di Kota Semarang ada sembilan Kelenteng,” ungkapnya.

Tiga Kelenteng Tertua

Tay Kak Sei, kata Johanes, merupakan Kelenteng terbesar di Kawasan Pecinan Semarang. Hal ini dikarenakan jumlah altar dewa-dewi di sana paling banyak mencapai 29.

Namun disisi usia, Tay Kak Sei berada di urutan ketiga. Pasalnya Kelenteng tertua di Kawasan Pecinan berada di depan Pasar Gang Baru atau dikenal dengan nama Siuk Hok Bio.

Lebih lanjut, Johanes kemudian merinci terkait tiga Kelenteng tertua di Kawasan Pecinan. Diantaranya Siuk Hok Bio, Tek Hay Bio dan Tay Kak Sei.

“Jumlah altar dewa paling banyak memang di Kelenteng Tay Kak Sei. Tapi Kelenteng paling tertua atau pertama kali berdiri di Pecinan Semarang bukan Tay Kak Sei. Melainkan Siuk Hok Bio,” tukasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *