Keunikan Suku Baduy

suku baduy

SEMARANGKITA.ID – Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaraman budaya. salah satunya adalah suku Baduy yang memiliki keunikan tersendiri. Sedulur Semarang udah tau belum tau nih tentang Suku Baduy? yuk kita coba ulas tentang Suku Baduy.

Masyarakat Baduy adalah Sebutan “Baduy” merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau “orang Kanekes” sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang Cibeo.

suku baduy
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Wilayah Kanekes secara Astronomis terletak pada koordinat 6°27’27”  – 6°30’0” LS dan 108°3’9” – 106°4’55” BT.  Mereka bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung. Secara geografis wilayah ini merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng dengan ketinggian 300 – 600 m di atas permukaan laut (DPL). Topografi Kanekes ini berbukit dan bergelombang dengan kemiringan tanah rata-rata mencapai 45%. Jenis tanahnya terdiri dari tanah vulkanik (di bagian utara), tanah endapan (di bagian tengah), dan tanah campuran (di bagian selatan).

Orang Kanekes memiliki hubungan sejarah dengan orang Sunda. Penampilan fisik dan bahasa mereka mirip dengan orang-orang Sunda pada umumnya. Satu-satunya perbedaan adalah kepercayaan dan cara hidup mereka. Orang Kanekes menutup diri dari pengaruh dunia luar dan secara ketat menjaga cara hidup mereka yang tradisional, sedangkan orang Sunda lebih terbuka kepada pengaruh asing dan mayoritas memeluk Islam. Sedangkan suku Baduy kepercayaannya adalah animisme dan dinamisme.

suku baduy
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Masyarakat Kanekes secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka. Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Kanekes Dalam (Baduy Dalam).yang paling ketat mengikuti adat, yaitu warga yang tinggal di tiga kampung yaitu:Cibeo,Cikertawana, dan Cikeusik.Ciri khas Orang Kanekes Dalam adalah pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua (warna tarum) serta memakai ikat kepala putih. Mereka dilarang secara adat untuk bertemu dengan orang asing.

Kanekes Dalam adalah bagian dari keseluruhan orang Kanekes. Tidak seperti Kanekes Luar, warga Kanekes Dalam masih memegang teguh adat-istiadat nenek moyang mereka. Sebagian peraturan yang dianut oleh suku Kanekes Dalam antara lain:

  1. Tidak diperkenankan menggunakan kendaraan untuk sarana transportasi
  2. Tidak diperkenankan menggunakan alas kaki
  3. Pintu rumah harus menghadap ke utara/selatan (kecuali rumah sang Pu’un atau ketua adat)
  4. Larangan menggunakan alat elektronik (teknologi)
  5. Menggunakan kain berwarna hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan dijahit sendiri serta tidak diperbolehkan menggunakan pakaian modern.

 Kelompok masyarakat kedua yang disebut panamping adalah mereka yang dikenal sebagai Kanekes Luar (Baduy Luar), yang tinggal di berbagai kampung yang tersebar mengelilingi wilayah Kanekes Dalam, seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya. Masyarakat Kanekes Luar berciri khas mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna biru gelap (warna tarum).

Kanekes Luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah Kanekes Dalam. Ada beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkannya warga Kanekes Dalam ke Kanekes Luar:

  1. Mereka telah melanggar adat masyarakat Kanekes Dalam.
  2. Berkeinginan untuk keluar dari Kanekes Dalam
  3. Menikah dengan anggota Kanekes Luar

Ciri-ciri masyarakat orang Kanekes Luar :

  1. Mereka telah mengenal teknologi, seperti peralatan elektronik. Proses pembangunan rumah penduduk Kanekes Luar telah menggunakan alat-alat bantu, seperti gergaji, palu, paku, dll, yang sebelumnya dilarang oleh adat Kanekes Dalam.
  2. Menggunakan pakaian adat dengan warna hitam atau biru tua (untuk laki-laki), yang menandakan bahwa mereka tidak suci. Kadang menggunakan pakaian modern seperti kaos oblong dan celana jeans.
  3. Menggunakan peralatan rumah tangga modern, seperti kasur, bantal, piring & gelas kaca & plastik.
  4. Mereka tinggal di luar wilayah Kanekes Dalam.

Sebagian di antara mereka telah terpengaruh dan berpindah agama menjadi seorang muslim dalam jumlah cukup signifikan.

Berbicara tentang pendidikan yang merupakan aspek penting uniknya Suku Baduy tidak mnegeyam pendidikan formal. Berdasarkan data primer yang didapat melaui wawancara langsung dengan 20 orang yang tinggal di di Dusun Kaduketuk dan Gajeboh diperoleh data bahwa masyarakat Baduy di dusun tersebut tidak ada yang bersekolah. Alasan mereka tidak bersekolah dikarenakan aturan adat dan nenek moyang mereka yang tidak membolehkan mereka untuk mengikuti pendidikan formal. Masyarakat Baduy takut dengan hukum adat karena jika mereka melanggar akan diberi sanksi. Sanksi bagi masyarakat Baduy yang melanggar aturan adat dapat berupa teguran dari Pu’un (Ketua Adat) bahkan bisa di keluarkan dari Suku Baduy.

Masyarakat Baduy meski tidak menempuh pendidikan secara formal, tetapi mereka memperoleh pendidikan secara langsung dari orang tua. Pendidikan untuk anak perempuan sejak umur kurang lebih 8 tahun sudah diajarkan cara menenun oleh ibunya. Selain itu, anak perempuan dan laki-laki di Suku Baduy sejak kecil sudah sering diajak ke ladang untuk dapat mengenal dan belajar cara bercocok tanam. Masyarakat Baduy tidak mementingkan pendidikan formal untuk mendapatkan ijazah yang tinggi, bagi mereka memiliki ketrampilan dalam hal bercocok tanam, menenun, dan kerajinan tangan lainya sudah cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.  Pola hidup masyarakat Baduy yang sederhana  tersebut dan menjaga alam menjadi nilai kearifan lokal yang perlu untuk dilestarikan.

suku baduy
Sumber: Dokumentasi Pribadi
suku baduy
Sumber: Kumeok Memeh dipacok/Cara orang Baduy Menanam Padi

Kehidupan masyarakat Baduy yang tetap mempertahankan adat leluhur mereka ini memiliki nilai-nilai yang dapat dijadikan contoh dan dapat diambil segi positifnya. Nilai-nilai yang dapat diambil diambil dari kehidupan masyarakat Baduy yaitu seperti:

  1. Kejujuran
  2. Etos Kerja
  3. Saling Menghargai
  4. Kesederhanaan
  5. Gotong Royong

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *