Peran Kongres Jong Islamieten Bond Dalam Kongres Pemoeda

sjong islamieten bond berperan penting dalam peristiwa sumpah pemuda 28 oktober

Semarangkita.id – 28 Oktober 2024 diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda yang ke 96. Tahun 2024 ini Sumpah Pemuda bertema ” Maju Bersama Indonesia Raya”. Hari Sumpah Pemuda ini mengajak pemuda untuk bergerak bersama Indonesia Raya.

Dalam sejarah Indonesia, pemuda memiliki peranan yang penting  yang berjuang melawan penjajahan. Salah satunya melalui peristiwa sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928.

1. Sejarah Jong Islamieten Bond

Kebangkitan Jong Islamaieten Bond dan Jong Islamieten Bond Dames Afedeeling 1925 M, melepaskan diri dari keterikatan dasar perjuangan kedaerahan Jong Java mendorong lahirnya Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia (PPPI) pada 1926 M. PPPI ini beranggotakan mahasiswa Rechtshoogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) dan Technische Hoogesschool (Sekolah Tinggi Teknik) yang sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB). Di Bandung berdiri  pula Jong Indonesia (Pemoeda Indonesia) pada 1927 M.

Sebagai Informasi Perhimpoenan Peladjar Pelajar Indonesia (PPPI) beranggotakan pelajar sekolah berbeda dengan Jong Indonesia yang beranggotakan pemuda yang permah studi di luar negeri. Perhimpoenan Peladjar Indonesia (PPPI) dan Jong Indonesia yang banyak berperan dalam Kongres Pemoeda II yang melahirkan Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928, bukan jong java.

Penyelenggraan Kongres Pemoeda 1 tanggal 2 Mei 1926 M dan Kongres Pemoeda II, 28 Oktober 1928 M didahului oleh Kongres Jong Islamieten Bond (JIB) pertama di Yogyakarta, Desember 1925. Saat irtu Jong Islamieten Bond telah memiliki 1.000 anggota di 7 cabnag. Selain itu cabang Bandung dan Jakarta memiliki Jong Islamieten Bond Dames Afdeeling (JIBDA). Kehadiran mereka mereupakan bentuk dari harapan untuk bangkitnya organisasi pemuda Islam modern yang terlepas dari kungkungan adat.

2. Kongres Ke Dua Jong Islamieten Bond

Kongres Kedua Jong Islamieten Bond di Surakarta pada 24-26 Desember 1926 M. Dalam kongres ini dibicarakan Islam dan Pandangan dunia, pemandangan islam luar negeri, serta islam dalam fikiran merdeka. Kemudian diadakan Kongres Ketiga  Jong Islamieten Bond, pada 23-27 Desember 1927 M di Yogyakarta. Pada kongres tersebut membahas:

  • Perang dalam etik islam
  • perempuan dalam islam
  • islam dan sosialisme
  • islam dan cita-cita persatuan serta Islam dan,
  • kebangsaan.

Hadirnya wakil dari Pengurus Besar Partai Sjarikat Islam Indonesia (PSII) tidak seperti perserikatan Nasional Indoneisa (PNI) yang hanya mengirimkan wakil pimpinan cabang. Betapa besarnya perhatian dan penghargaan Pengurus Besar Partai Sjarikat Islam Indonesia terhadap diselenggarakannya Kongres Pemuda II. Sementara itu Jong Java diwakili oleh R.M. Mas Said, tetapi bukan lagi sebagai pelajar, melainkan sebagai Mantri Polisi. Dapat dipahami bahwa jika kehadiran mantri polisi menjadikan jong java tidak bisa berpihak pada perjuangan pemuda pelajar.

Pada hari pertama Kongres ke dua yaitu 27 Oktober 1928 M Sabtu Pom 1 Jumadil Awwal 1347 H, S.M Kartosoewirjo menyatakan bahwa bahasa asing berfungsi sebagai bahasa pergaulan internasional. Selanjutnya Ia menekankan bahwa bahasa Indonesia harus menjadi bahasa penghubung persatuan pemuda.

Enam bulan sebelumnya Kongres Boedi Oetmo menolak pelaksanaan cita-cita persatuan Indonesia. Hal ini menyadarkan S.M. Kartosoewirjo bahasa apa yang digunakan untuk menyampaikan aspirasi nasional, serta organisasi apa yang harus diamanati untuk memimpin pergerakan nasional. Tuntutan Kartosoewirjo untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa perjuangan merupakan dampak dari upaya pemerintah Belanda untuk memperbodoh dan menciptakan sikap dan rasa rendah diri di kalangan Pribumi.

Selanjutnya umat Islam sebagai mayoritas penduduk pribumi dilarang menggunakan bahasa Belanda. Umat Islam menjadikan bahasa Indonesia sebgai media bahasa penetang imperialis Belanda.

Kongres Pemoeda II tidak akan menhasilkan sumpah yang menjunjung tinggo bahasa Indonesia sebgai bahasa persatuan  jika tidak ada usulan dari Partai Sjarikat Islam atau Jong Islamieten Bond. Selain itu Soegondo Djojopoespito pimpinan Kongres pemuda ke dua meskipun dari etnis jawa  tapi Ia bukan dari Jong Java.  Soegondo Djojopoespito dariPPPI yang mempunyai wawasan nasionalis

Boedi Otama organisasi induk Jong Java lebih mengutamakan bahasa jawa, seni jawa dan Jawa Raya. Selain itu Jong Java menolak diskusi politik. aplagi wakil Jong Java dalm Kongres Pemoeda II seorang mantri Polisi dari pemerintah kolonial belanda. Jadi keumngkinannya kecil jika Boedi Oetomo memberikan sumabangan pikiran untuk terwujdunya Sumpah Pemuda.

Tiga Soempah Pemoeda

Pada hari kedua Kongres Sumpah Pemoeda II, 28 Oktober 1928 M ahad Wage, 13 Jumadil awwal 1347 M lahirlah keputusan yang dinamakan Soempah Pemoeda:

Pertama: Kami Poetra dan Poetri Indonesia Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia

Kedua: Kami Poetra dan Poetri Indonesia Mengakoe Berbangsa Satoe, Bangsa Indonesia

Ketiga: Kami Poetra dan Poetri Indonesia Mendjoenjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia

Exit mobile version