Semarangkita.id – Dalam upaya mendorong kemandirian petani dan penguatan pertanian berkelanjutan, Tim Pengabdian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Negeri Semarang (UNNES) menyelenggarakan pelatihan pembuatan pupuk organik cair (POC). Pupuk tersebut berbahan dasar air bekas cucian beras untuk Kelompok Tani Dusun Coblong, Desa Pakopen, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Kegiatan ini berlangsung pada Senin, 24 Juni 2025.
Pelatihan ini diinisiasi oleh tim dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa FISIP UNNES. Tim terdiri dari Hany Nurpratiwi, M.Pd (ketua), Junaidi Fery Lusianto, S.Pd, dan Dimas Anggoro, S.Pd., M.Pd. Selain itu pengabdian ini juga melibatkan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah diantranya adalah Muhammad Bagas Riyanto, Muhammad Davin, dan Pratama Octavian Yodha Pratama.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat FISIP UNNES yang berfokus pada pemberdayaan petani melalui pendekatan edukatif dan teknologi tepat guna berbasis kearifan lokal. Dalam pelatihan tersebut, peserta diajak memahami potensi air cucian beras yang selama ini dianggap limbah, padahal mengandung vitamin B, karbohidrat, dan mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.
“Air cucian beras adalah bahan yang tersedia setiap hari di rumah-rumah petani. Kami ingin mengenalkan bagaimana limbah ini bisa diolah menjadi pupuk cair yang efektif, hemat biaya, dan tentu saja ramah lingkungan,” ujar Hany Nurpratiwi, selaku ketua tim pengabdian.
Pelatihan dikemas secara interaktif, terdiri atas penyampaian materi, praktik langsung proses fermentasi pupuk, hingga diskusi bersama peserta terkait praktik pertanian sehari-hari. Para peserta diajak mengenali persoalan tanah yang makin menurun kualitasnya akibat penggunaan pupuk kimia jangka panjang serta makin sulitnya akses terhadap pupuk subsidi.

Selain praktik, peserta juga mendapatkan booklate berjudul Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Air Bekas Cucian Beras, yang memuat panduan lengkap mulai dari alat, bahan, langkah pembuatan, hingga cara penggunaan pupuk di lahan pertanian. Booklate ini disusun oleh tim sebagai sumber belajar berkelanjutan yang dapat direplikasi secara mandiri.
Ketua Kelompok Tani Dusun Coblong, Pak Jupri, menyambut baik kegiatan ini. “Kami merasa terbantu. Dengan adanya pelatihan ini, petani bisa lebih mandiri. Apalagi bahannya mudah, tinggal ambil dari dapur,” ujarnya.
Kegiatan ini sekaligus mempererat kolaborasi antara perguruan tinggi dan masyarakat desa. Tim pengabdian berharap praktik seperti ini bisa diperluas ke wilayah lain yang menghadapi permasalahan serupa, dan menjadi langkah awal menuju pertanian yang lebih sehat, mandiri, dan berkelanjutan.